Pages

Sabtu, 08 Maret 2014

Rasa khawatir (Apa itu, dan bagaimana cara mengatasinya)



Rasa khawatir (Apa itu, dan bagaimana cara mengatasinya)

    "Kenapa tiba-tiba aku merasa takut dan khawatir ya?”, begitu pertanyaan ku pada suami suatu pagi waktu kami sedang sarapan. Padahal sebelumnya kami bicara soal ini dan itu, fine..smooth dan penuh suka cita. “Ah biasa ajah..gak usah mikir macem-macem yang gak jelas”, begitu jawab suamiku kemudian. Aku mengiyakan, terdiam dan selanjutnya malah hanyut dalam percakapan pagi hari. Tapi seperti biasa lah, aku sang pemikir kelas cetek, mulai lagi mencari jawaban tentang apa sebetulnya rasa khawatir itu. Apakah merasa khawatir itu sesuatu yang jelek?, dan bagaimanakah cara kita mengontol diri supaya tidak menjadi seseorang yang selalu khawatir?
Well, menurut ku, rasa khawatir adalah perasaan yang wajar. Ia adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang kita buat sendiri, yang belum terjadi pada diri kita atau orang-orang terdekat kita. Sementara menurut kamus “The concise of Oxford English Dictionary”, rasa khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang dibayangkan akan terjadi nanti. Borkovec dan rekan-rekan mendefinisikannya sebagai pikiran-pikiran jelek yang pengaruhnya negatif terhadap kesehatan diri, dan cukup sulit untuk di kendalikan. Mereka juga menambahkan bahwa rasa khawatir adalah perwujudan dari keinginan diri untuk mencari jalan keluar dari masalah yang tidak jelas dan lagi sulit di cari jalan keluarnya.
Dari semua definisi itu, aku berpikir bahwa rasa khawatir ini memang bersumber dari kesadaran diri akan kehidupan yang sedang di jalani, baik dalam keadaan senang maupun susah. Dan semua manusia yang hidup, dengan tingkat kesadaran yang berbeda-beda, setiapnya pasti memiliki rasa khawatir. Borkovec dan rekan-rekan mengatakan bahwa setiap sel dalam tubuh dan jiwa manusia berkontribusi pada terciptanya rasa takut dan khawatir. Otak manusia memang secara struktur sudah dilengkapi dengan rasa khawatir. Lebih dari itu, Allah SWT pun berkata di salah satu Nya bahwa manusia memang diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah: Innal insaana khuliqo halu’a (QS 70, 19-22). Jelas dalam firman ini, Allah mengakui kelemahan manusia yang suka berkeluh kesah karena rasa khawatir.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah rasa khawatir itu adalah sikap yang jelek, dan apakah tidak ada kebaikan didalmnya? Well, dari dulu aku memang bukan pemuja kata “extreme”. Apapun yang terlalu, entah itu sikap diri, gaya hidup, dan pemahaman akan sesuatu yang sifatnya tidak substantif, tidaklah mencerminkan kedewasaan seseorang dalam berfikir. Ekstrimisme menafikkan hukam Alam/hukum Tuhan akan ketergantungan kehidupan seseorang terhadap manusia lainnya dan “universe”. Oleh karena itulah rasa khawatir yang berlebihan bisa menyiksakan dan menenggelamkan seseorang dalam ketakutan hidup yang berkelanjutan. Pengaruh rasa khawatir yang berlebihan tidak hanya berakibat buruk bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang-orang atau keluarga terdekat. Ia bisa menjadi sebuah “penyakit” yang menular.
Sementara efek positif dari rasa khawatir yang cukup, justru adalah tanda akan kesadaran (mindfulness) seseorang akan hidup yang sedang dijalaninya. Rasa khawatir juga bisa membuat seseorang siap dan menyiapkan diri menjalani kehidupan masa depan. Contohnya adalah bila seorang wanita atau ibu khawatir akan ditinggal “pergi” suaminya suatu saat, yang kebetulan notabene adalah pencari nafkah utama di keluarga, ia bisa sejak awal sudah mulai untuk mencari informasi atau memupuk keahlian yang bisa bermanfaat nanti bila suatu saat wanita tersebut harus menafkahi diri dan keluarganya seorang diri. Contoh lainnya adalah bila seseorang khawatir akan penyakit yang akan di derita di masa tua nanti, ia akan dengan disiplin berusaha menjaga kesehatan badan dan jiwanya sedari muda. Di dalam kekhawatiran, berkah dan hikmah dapat ditemukan disana . Rasa khawatir akan keadaan keluarga dan/atau orang-orang terdekat, adalah juga cerminan rasa cinta yang bisa mengantarkan seseorang pada rangkaian doa yang tulus.
Nah, pertanyaan yang terakhir, apakah yang harus dilakukan bila seseorang sudah terlanjur merasa khawatir terus-menerus?. Jawabannya tentu harus dikendalikan dengan cara-cara terntentu. Apalagi menurut pengetahuan saya, bila memang Allah sudah menyebutkan kelemahan/ciri manusia dalam Alqur’an, kita sebagai manusia diberi otoritas oleh Nya untuk bisa mengendalikannya. Dalam agama Islam yang saya anut, sabar dan sholat adalah salah satu obat untuk menghilangkan rasa khawatir. Semantara di dalam buku karya Edward M. Hallowell, M.D. berjudul “Worry”, ia menawarkan beberapa tip mengatasi rasa kawatir yang berlebihan. Berikut hasil terjemahan dan rangkuman saya akan tip-tipnya:
1. Kenali rasa khawatir yang kita miliki. Bila ia berlebihan dan tanpa alasan, apalagi hanya bayang-bayangan saja, maka kita harus membuangnya jauh-jauh.
2. Jaga kesehatan fisik dengan baik karena di dalam tubuh yang sehat, ada jiwa yang sehat. Tubuh yang sehat bisa mengurangi rasa khawatir yang berlebihan.
3. Selalu kaitkan diri kita pada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri di alam ini. Kita tidak sendirian, kita punya ikatan dengan keluarga, dengan masa lalu, dengan kawan baru atau lama, dengan ilmu dan informasi, dengan institusi seperti organisasi professional atau masyarakat, dan pastinya dan tentunya yang paling penting adalah kita selalu ada ikatan dengan Allah SWT.
4. Pilihlah kawan-kawan yang bisa memberi energi positif pada diri kita. Orang yang bisa mendukung dan jujur memberi respon akan masalah atau prestasi hidup yang kita raih.
5. Carilah jawaban konkrit atas setiap masalah yang sedang kita hadapi. Jangan mengambangkan masalah begitu saja, yang bisa jadi malah akan membiarkan rasa khawatir yang sudah ada menjadi berlarut-larut.
6. Kerjakan sesuatu yang kita anggap baik. Karena kalau kita melakukan sesuatu yang kita anggap tidak baik, kita akan merasa tidak puas akan hari-hari, dan membuat kita merasa tidak nyaman atau tidak berguna.
7. Beribadahlah dalam bentuk yang Engkau yakini. Bisa dengan solat wajib dan/atau dengan tambahan sholat sunnah, dengan berdoa sehari-hari, atau dengan bermeditasi.
8. Makanlah makanan yang halal dan baik gizinya. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tapi juga bila kita hati-hati dalam memilih makanan, kita akan ikut terbawa hati-hati dalam memilih kegiatan yang akan kita lakukan.
9. Tidurlah dengan baik dan cukup waktunya. Orang yang kurang tidur baik secara kualitas maupun kuantitas, sulit memiliki konsentrasi dalam melakukan pekerjaan, dan kejernihan berpikir.
10. Cobalah untuk menjadi manusia yang teratur dalam hidup, dalam hal-hal besar maupun dalam hal-hal kecil.
11. Cobalah untuk melakukan hal yang kamu senangi atau yang menjadi hobi kamu.
12. Cobalah untuk tidak membesar-besarkan suatu masalah. Fokuslah pada penyelesaian permasalahan yang sedang dialami, jangan melantur kemana-mana.
13. Bijaklah memilih berita, film, atau acara di Televisi atau media lainnya. Dan jangan terlalu banyak bergaul denga media yang hanya menonjolkan berita “jelek” atau penuh sensasi belaka.
14. Jauhilah minuman beralkohol yang sifatnya hanya sementara melepaskan keresahan hati.
15. Cobalah berbagi keresahan dengan sahabat atau keluarga terdekat. Jangan pernah memendan sendiri rasa khawatir.
16. Cari, syukuri dan nikmati hal-hal indah dalam hidupmu. Kehadiran suami, istri, anak, sepatu yang bagus, rumah yang bersih dan lain sebagainya.
17. Dengarlah musik yang kamu suka, dan menyanyilah.
18. Belajarlah untuk ikhlas dan menyerahkan segala sesutau di luar kontrol kita hanya pada Tuhan, Allah SWT semata.
19. Cobalah bertamasya bersama keluarga atau orang-orang terdekat. Nikmatilah alam dan keindahanya.
20. Cobalah berbicara pada orang lain dengan baik dan tenang.
21. Hargailah dirimu sendiri karena setiap orang pasti memiliki sesuatu yang dapat di banggakan.
22. Bacalah buku-buku yang baikdan kamu sukai; bisa yang mudah, menyenangkan atau menambah wawasan.
23. Bersenda guraulah dengan sahabat, keluarga, dan handai taulan. Menonton lawak/humor juga baik.
24. Menangislah. Karena menangis bisa menjadi obat rasa khawatir.
25. Ingatlah bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang abadi, bahkan rasa khawatir sekalipun.
Tip-tip yang lumayan banyak ini mungkin tidak berlaku, pas atau cocok bagi semua orang. Bahkan bisa jadi, bukan lah tip yang baru. Tapi paling tidak, ulasan yang sudah disampaikan Hallowell bisa menjadi inspirasi atau pengingat bagi sebagian orang. Walloohu’Alam Bisshowab. Salam!


Sumber:
• Borkovec et al., 1983 T.D. Borkovec, E. Robinson, T. Pruzinsky and J.A. DePree, Preliminary exploration of worry: Some characteristics and processes, Behaviour Research and Therapy 21 (1983), pp. 9–16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar