Well, menurut ku, rasa khawatir adalah perasaan yang
wajar. Ia adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang kita
buat sendiri, yang belum terjadi pada diri kita atau orang-orang terdekat kita.
Sementara menurut kamus “The concise of Oxford English Dictionary”, rasa
khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami
atau yang dibayangkan akan terjadi nanti. Borkovec dan rekan-rekan
mendefinisikannya sebagai pikiran-pikiran jelek yang pengaruhnya negatif
terhadap kesehatan diri, dan cukup sulit untuk di kendalikan. Mereka juga
menambahkan bahwa rasa khawatir adalah perwujudan dari keinginan diri untuk
mencari jalan keluar dari masalah yang tidak jelas dan lagi sulit di cari jalan
keluarnya.
Dari semua definisi itu, aku berpikir bahwa rasa
khawatir ini memang bersumber dari kesadaran diri akan kehidupan yang sedang di
jalani, baik dalam keadaan senang maupun susah. Dan semua manusia yang hidup,
dengan tingkat kesadaran yang berbeda-beda, setiapnya pasti memiliki rasa
khawatir. Borkovec dan rekan-rekan mengatakan bahwa setiap sel dalam tubuh dan
jiwa manusia berkontribusi pada terciptanya rasa takut dan khawatir. Otak
manusia memang secara struktur sudah dilengkapi dengan rasa khawatir. Lebih
dari itu, Allah SWT pun berkata di salah satu Nya bahwa manusia memang
diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah: Innal insaana khuliqo halu’a (QS 70,
19-22). Jelas dalam firman ini, Allah mengakui kelemahan manusia yang suka
berkeluh kesah karena rasa khawatir.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah rasa khawatir itu
adalah sikap yang jelek, dan apakah tidak ada kebaikan didalmnya? Well, dari
dulu aku memang bukan pemuja kata “extreme”. Apapun yang terlalu, entah itu
sikap diri, gaya hidup, dan pemahaman akan sesuatu yang sifatnya tidak
substantif, tidaklah mencerminkan kedewasaan seseorang dalam berfikir.
Ekstrimisme menafikkan hukam Alam/hukum Tuhan akan ketergantungan kehidupan
seseorang terhadap manusia lainnya dan “universe”. Oleh karena itulah rasa
khawatir yang berlebihan bisa menyiksakan dan menenggelamkan seseorang dalam
ketakutan hidup yang berkelanjutan. Pengaruh rasa khawatir yang berlebihan
tidak hanya berakibat buruk bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang-orang atau
keluarga terdekat. Ia bisa menjadi sebuah “penyakit” yang menular.
Sementara efek positif dari rasa khawatir yang cukup,
justru adalah tanda akan kesadaran (mindfulness) seseorang akan hidup yang
sedang dijalaninya. Rasa khawatir juga bisa membuat seseorang siap dan
menyiapkan diri menjalani kehidupan masa depan. Contohnya adalah bila seorang
wanita atau ibu khawatir akan ditinggal “pergi” suaminya suatu saat, yang
kebetulan notabene adalah pencari nafkah utama di keluarga, ia bisa sejak awal
sudah mulai untuk mencari informasi atau memupuk keahlian yang bisa bermanfaat
nanti bila suatu saat wanita tersebut harus menafkahi diri dan keluarganya
seorang diri. Contoh lainnya adalah bila seseorang khawatir akan penyakit yang
akan di derita di masa tua nanti, ia akan dengan disiplin berusaha menjaga
kesehatan badan dan jiwanya sedari muda. Di dalam kekhawatiran, berkah dan
hikmah dapat ditemukan disana . Rasa khawatir akan keadaan keluarga dan/atau
orang-orang terdekat, adalah juga cerminan rasa cinta yang bisa mengantarkan
seseorang pada rangkaian doa yang tulus.
Nah, pertanyaan yang terakhir, apakah yang harus
dilakukan bila seseorang sudah terlanjur merasa khawatir terus-menerus?.
Jawabannya tentu harus dikendalikan dengan cara-cara terntentu. Apalagi menurut
pengetahuan saya, bila memang Allah sudah menyebutkan kelemahan/ciri manusia
dalam Alqur’an, kita sebagai manusia diberi otoritas oleh Nya untuk bisa
mengendalikannya. Dalam agama Islam yang saya anut, sabar dan sholat adalah
salah satu obat untuk menghilangkan rasa khawatir. Semantara di dalam buku
karya Edward M. Hallowell, M.D. berjudul “Worry”, ia menawarkan beberapa tip
mengatasi rasa kawatir yang berlebihan. Berikut hasil terjemahan dan rangkuman
saya akan tip-tipnya:
1. Kenali rasa khawatir yang kita miliki. Bila ia
berlebihan dan tanpa alasan, apalagi hanya bayang-bayangan saja, maka kita
harus membuangnya jauh-jauh.
2. Jaga kesehatan fisik dengan baik karena di dalam tubuh
yang sehat, ada jiwa yang sehat. Tubuh yang sehat bisa mengurangi rasa khawatir
yang berlebihan.
3. Selalu kaitkan diri kita pada sesuatu yang lebih
besar dari diri kita sendiri di alam ini. Kita tidak sendirian, kita punya
ikatan dengan keluarga, dengan masa lalu, dengan kawan baru atau lama, dengan
ilmu dan informasi, dengan institusi seperti organisasi professional atau
masyarakat, dan pastinya dan tentunya yang paling penting adalah kita selalu
ada ikatan dengan Allah SWT.
4. Pilihlah kawan-kawan yang bisa memberi energi
positif pada diri kita. Orang yang bisa mendukung dan jujur memberi respon akan
masalah atau prestasi hidup yang kita raih.
5. Carilah jawaban konkrit atas setiap masalah yang
sedang kita hadapi. Jangan mengambangkan masalah begitu saja, yang bisa jadi
malah akan membiarkan rasa khawatir yang sudah ada menjadi berlarut-larut.
6. Kerjakan sesuatu yang kita anggap baik. Karena
kalau kita melakukan sesuatu yang kita anggap tidak baik, kita akan merasa
tidak puas akan hari-hari, dan membuat kita merasa tidak nyaman atau tidak
berguna.
7. Beribadahlah dalam bentuk yang Engkau yakini. Bisa
dengan solat wajib dan/atau dengan tambahan sholat sunnah, dengan berdoa
sehari-hari, atau dengan bermeditasi.
8. Makanlah makanan yang halal dan baik gizinya. Bukan
hanya untuk menjaga kesehatan tapi juga bila kita hati-hati dalam memilih
makanan, kita akan ikut terbawa hati-hati dalam memilih kegiatan yang akan kita
lakukan.
9. Tidurlah dengan baik dan cukup waktunya. Orang yang
kurang tidur baik secara kualitas maupun kuantitas, sulit memiliki konsentrasi
dalam melakukan pekerjaan, dan kejernihan berpikir.
10. Cobalah untuk menjadi manusia yang teratur dalam
hidup, dalam hal-hal besar maupun dalam hal-hal kecil.
11. Cobalah untuk melakukan hal yang kamu senangi atau
yang menjadi hobi kamu.
12. Cobalah untuk tidak membesar-besarkan suatu
masalah. Fokuslah pada penyelesaian permasalahan yang sedang dialami, jangan
melantur kemana-mana.
13. Bijaklah memilih berita, film, atau acara di
Televisi atau media lainnya. Dan jangan terlalu banyak bergaul denga media yang
hanya menonjolkan berita “jelek” atau penuh sensasi belaka.
14. Jauhilah minuman beralkohol yang sifatnya hanya
sementara melepaskan keresahan hati.
15. Cobalah berbagi keresahan dengan sahabat atau
keluarga terdekat. Jangan pernah memendan sendiri rasa khawatir.
16. Cari, syukuri dan nikmati hal-hal indah dalam
hidupmu. Kehadiran suami, istri, anak, sepatu yang bagus, rumah yang bersih dan
lain sebagainya.
17. Dengarlah musik yang kamu suka, dan menyanyilah.
18. Belajarlah untuk ikhlas dan menyerahkan segala
sesutau di luar kontrol kita hanya pada Tuhan, Allah SWT semata.
19. Cobalah bertamasya bersama keluarga atau
orang-orang terdekat. Nikmatilah alam dan keindahanya.
20. Cobalah berbicara pada orang lain dengan baik dan
tenang.
21. Hargailah dirimu sendiri karena setiap orang pasti
memiliki sesuatu yang dapat di banggakan.
22. Bacalah buku-buku yang baikdan kamu sukai; bisa
yang mudah, menyenangkan atau menambah wawasan.
23. Bersenda guraulah dengan sahabat, keluarga, dan
handai taulan. Menonton lawak/humor juga baik.
24. Menangislah. Karena menangis bisa menjadi obat
rasa khawatir.
25. Ingatlah bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini
yang abadi, bahkan rasa khawatir sekalipun.
Tip-tip yang lumayan banyak ini mungkin tidak berlaku,
pas atau cocok bagi semua orang. Bahkan bisa jadi, bukan lah tip yang baru.
Tapi paling tidak, ulasan yang sudah disampaikan Hallowell bisa menjadi
inspirasi atau pengingat bagi sebagian orang. Walloohu’Alam Bisshowab. Salam!
Sumber:
• Borkovec et al., 1983 T.D. Borkovec, E. Robinson, T.
Pruzinsky and J.A. DePree, Preliminary exploration of worry: Some
characteristics and processes, Behaviour Research and Therapy 21 (1983), pp.
9–16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar